Dilihat dari Jalan Brawijaya |
Memberi nama suatu bangunan tempat pertemuan sangat perlu dengan harapan sebuah nama tersebut mengandung pesan moral bagi penghuninya, sekaligus agar di kenal masyarakat luas. Dari rembugan ada yang punya ide di beri nama Jonggring Saloka, dan ada ide di beri Kawah Candradimuka, setelah terjadi debat tarik ulur, maka saya mengusulkan nama Pringgadani, usulan saya bukan berarti tanpa dasar.
Dilihat dari halaman depan |
Begini ceritanya, kebetulan sekali di Jalan Kahuripan di belakang (sebelah utara) Masjid Jendral Achmad Yani ada taman hiburan rakyat dan RSNP (Radio Siaran Non Pemerintah) yang bernama Sena Putra (Sena adalah nama lain dari Bratasena atau Werkudara dalam cerita pewayangan) dan di seberang jalan dari masjid tersebut atau di sebelah selatannya (depan Kodim Kota Malang) ada taman yang bernama Taman Tetuko, Tetuko (nama kecil Gatotkaca, putra dari Sena/Werkudara).
Di sebelah selatan Taman Tetuka, dibangun sebuah bangunan yang diperuntukkan sebagai pusat kegiatan Gerakan Pramuka Kotamadya Malang, yang sebelumnya berada di Goa Macan (Jalan Bareng Tenis atau sekarang Jalan Kawi dekat stadion Malang).
Berdasarkan alasan nama-nama tempat terdekatnya tersebut, saya mengusulkan pemberian nama bagi bangunan baru tersebut (yang kemudian juga menjadi Kantor Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kotamadya Malang) yaitu PRINGGODANI.
Pada pagi
hari (saya lupa tanggal berapa, tapi yang jelas tahunya masih ingat tahun
1971), sayangnya Prasasti raib, atau mungkin sudah hancur saat gedung di
renovasi akan di pakai sebagai kantor Dinas Pasar.
Prosesi Peresmian Sanggar Pramuka yang di
resmikan Bapak Walikotamadya Malang Bapak R. Indra Soedarmaji selaku Ka Mabicab
Gerakan Pramuka Malang.
Dan pada malam hari di adakan malam ramah tamah, dengan hiburan Band Tornado, tarian sumbangan dari Gugus Depan dan Lawak
Trio Karana, acara di gelar di aula gedung, undangan yang hadir di samping para
Muspika dan Muspida, para Komandan Batalyon yang mempunyai Gugus Depan, Ka
Kwarcab Malang Kotamadya dan Kabupaten Malang beserta Andalan dan para Pembina.
Trio Karana diberbagai pertunjukan |
Hiburan berlangsung sangat meriah, di sela-sela hiburan band dan tari, adalah Lawak Trio Karana, jujur saja saat itu saya
grogi bukan main, maklum ini lawakan perdana, yang sebelumnya tidak pernah
melawak dihadapan para pejabat, kalau melawak dalam api unggun sih sudah biasa.
Deman panggung seperti ini menyebabkan
badan panas dingin, perut mulas, kepala cemot-cemot seperti mau lepas, tapi karena
mengingat lawak yang sudah kadung tertera dalam susunan acara, mau tidak mau
harus tampil, lagi pula kami harus menyampaikan nama Sanggar dan peran moral
yang terkandung di dalam sebuah nama tersebut.
MENGAPA DI NAMAKAN SANGGAR PRINGGADANI.
Tulisan ini menginformasikan segala sesuatu
baik itu fakta, data maupun peristiwa, termasuk pendapat dan pandangan terhadap
fakta, data dan peristiwa agar generasi selajutnya memperoleh informasi pengetahuan, dan pemahaman baru tentang
berbagai hal.
Penulis mengetengahkan suatu artikel
ringan yang sedikit anekdot, cerita dan pengalaman lucu, bisa pula menjadi
bacaan di kala senggang, untuk melepas ketegangan setelah seharian sibuk
beraktifitas.
Mengapa di namakan Sanggar Pringgadani sebuah judul yang penulis ketengahkan adalah
Kantor Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kota Malang yang berlokasi di Jalan
Brawijaya 1A Malang.
Setelah Sanggar Goa Macan di jalan Kawi di
ambil alih Pemerintah Kotamadya Malang akan di fungsikan sebagai Kantor
Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kota Malang,
maka Gerakan Pramuka Kwarcab kota Malang mendirikan gedung di gunakan
sebagai tempat pelatihan para anggota Gerakan Pramuka kota Malang.
Nama Sanggar adalah suatu tempat atau
sarana yang di gunakan oleh suatu komunitas atau organisasi non fotmal
melakukan suatu kegiatan, dinamakan sanggar, misalnya Sanggar Seni, Sanggar
Ibadah, Sanggar Pramuka dan lain sebagainya.
Sedangkan nama Pringgadani di ambil dari
dunia pewayangan versi Jawa suatu kerajaan seorang pewaris raja dengan julukan
(sebutan) Raden Gatotkaca adalah putra Raden Werkudara Pandawa yang kedua,
Raden Gatotkaca juga disebut Sena Putra. Konon Raden Gatotkaca di
kisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan
sayap, serta terkenal dengan julukkan Otot
Kawat Tulang Besi lbunya seorang Raksasa
bernama Dewi Arimbi. Arimbi bukan sekedar penghuni hutan biasa, melainkan dia
putri Prabu Tremboko dari kerajaan Pringgadani, negeri bangsa raksasa.
Baik akan penulis ceritakan sekelumit
cerita Kisah kelahiran Raden Gatotkaca yang namanya sewaktu masih bayi adalah Jabang
Tetuka, Sampai usia satu tahun tali pusarnya belum bisa di potong walaupun
menggunakan senjata apapun. Sehubungan dengan kenyataan ini Sang Harjuna
penengah Pandawa bertapa untuk mendapatkan petunjuk Dewata demi menolong nasip
keponakkan, namun di saat yang sama pula Sang Karna (panglima kerajaan
Hastinapura) juga juga bertapa mencari pusaka. Karena wajah keduanya mirip,
Batara Narada utusan khayangan memberikan senjata Kuntawijaya kepada
Karna, bukan kepada Arjuna.
Setelah itu Batata Narada menyadari
kesalahannya kemudian menemui Arjuna menyapaikan bahwa yang berhak menerima
senjata tersebut sebenarnya Arjuna, dan Sang Arjunapun mengejar Sang Karna
senjatapun di rebut dari tangannya, tetapi yang bisa direbut hanya sarungnya (kerangkanya),
kerangka senjata Kuntowijaya terbuat dari kayu Mastaba.
Kayu Mastaba ternyata bisa di pakai untuk
memotong tali pusar si Jabang Tetuka, setelah tali pusar terputus terjadi ke
ajaiban, kerangka hilang musna (di kisahkan masuk keperut jabang Tetuka). Dan
kayu mustaba itu akan menambah kekuatan jabang bayi Tetuka, benar juga si
jabang Tetuka berotot kawat, tulang besi. Namun di ramalkan bahwa kelak jabang
Tetuka akan tewas di tangan pemilik senjata Kuntowaija yaitu sang Karna.
Dari cerita diatas bisa di tarik
kesimpulan bahwa lokasi Sanggar Pringgadani di sebelah utara (berhimpitan), ada tanah lapang sebelah
timur sungai Brantas, yang di pergunakan sebagai camping ground, untuk berkemah
dan giat Pramuka, dinamakan Taman Tetuka, sekarang Pasar Bunga Splindit.
Bila kita menyeberang jalan kearah Utara Jl.Kahuripan tepatnya utara Masjid
Ahcmad Yani tempat wisata yang dinamakan Taman Sena Putra.
Dari penyebutan nama yang dimaksud
diantaranya Sanggar Pringgadani, lapangan Tetuka, dan Taman Sena_
kesemuanya
adalah mengacu pada figur wayang Raden Gatotkaca yang sakti mandraguna (handal.
tangguh) Ora tedhas papak paluning pandhe, otot kawat, balung wesi, hal
ini mempunyai pesan moral yang berfilsafat adiluhung (sangat mendalam).
Seseorang yang Handal danTangguh : percaya diri, befikir positif, tidak
membanding - bandingkan dengan orang lain, mau menerima perubahan, berani
mengatakan tidak, dan secara EQ bagus dan kuat.
Kembali ke pokok tujuan masalah Sanggar
Pringgadani, Sanggar Pringgadani sebagai Kawah Candradimuka yang merupakan
tempat untuk menggembleng para generasi muda Pramuka baik mental maupun
spritual, dengan harapan mereka yang mengikuti giat disana, kelak menjadi
pemimpin bangsa dan negara yang handal dan tangguh.
Para pembaca yang berbahagia, tentunya
bagi generasi di era tahun 70 an pernah mendengar atau melihat salah satu group
Lawak Gerakan Pramuka Kwarcab Kota Malang bimbingan Kwartet 'S' yang di
pimpin Bapak Jathi Kusuma yang di kenal dengan nama group Trio Karana, dengan
anggota 3 (tiga) orang : Kak Uber Soehartono, Kak Hari Mu'ani dan alamarhum Kak
Bambang Basuki, ada kaitan apa group ini dengan Sanggar Pringgadani..?. Kalau
boleh di cerikan bahwa group Lawak inilah yang mencetuskan ide nama
Pringgadani. Kalau tidak salah ingat saat ceremonial peresmian Sanggar
Pringgadani pada tanggal 28 Oktober 1971, sangat di sayangkan bahwa prasasti
peresmian Sanggar Pringgadani sudah tidak ada. Oh ya, saat itu hadir Kak Darmin selaku Ka Kwarcab,
para Andalan dan Pelatih para undangan Muspida dan Muspika serta beberapa adik
didik Penggalang dan Penegak.
Setelah usia acara Ramah Tamah maka
panggung yang telah disiapkan di isi hiburan, antara lain : Band Uril (Ajendam
V Brawijaya), Tari Petik Apel tari kreasi baru pimpinan Yongki Irawan, sedang
tari Gatotkaca gandrung di tarikan oleh putra Bunda Narto, Folk Song yang di
awaki Kak Indar, Kak Juwito, Kak Tarno,
Kak Djohar Arifin. Dan sebagai gongnya giliran Lawak Trio Karana tampil.
Tampilan Lawak Trio Karana sempat mencairkan suasana, walaupun tanpa sekenario,
namun sempat membikin para hadirin tertawa, tertawa mungkin karena kelucuan atau tertawa karena dialognya
menyebalkan. yang terpenting disini group tersebut sudah bisa mencetuskan nama
Pringgadani sebagai nama Sanggar Pramuka Kwartir Cabang Kota Malang.
Demikian cerita singkat asal mula nama
Sanggar Pringgadani dengan harapan nama tersebut tidak hanya di kenang oleh
generasi muda Pramuka, seharusnya di maknai arti filosofi yang terkandung di dalam, sebagai motivasi
sekaligus mendorong semangat agar kelak Pramuka pada umumnya, mampu
mengedepankan kepentingan Nusa dan Bangsanya diatas kepentingan pribadi atau
kepentingan kelompok atau kepentingan golongan.
Tamat
Paman Gober, 281018.