Di sini kita bertemu, di sini kita bersatu, di sini kita berdarma bakti tanpa batas waktu. Selamat Datang di halaman Sanggar Pringgodani. -.. .. / ... .. -. .. / -.- .. - .- / -... . .-. - . -- ..- --..-- / -.. .. / ... .. -. .. / -.- .. - .- / -... . .-. ... .- - ..- --..-- / -.. .. / ... .. -. .. / -.- .. - .- / -... . .-. -.. .- .-. -- .- / -... .- -.- - .. / - .- -. .--. .- / -... .- - .- ... / .-- .- -.- - ..- .-.-.- / ... . .-.. .- -- .- - / -.. .- - .- -. --. / -.. .. / .... .- .-.. .- -- .- -. / ... .- -. --. --. .- .-. / .--. .-. .. -. --. --. --- -.. .- -. .. .-.-.-

Sabtu, 30 Desember 2017

🚧 Malang Tidak Melintang - Malangkuçeçwara 🚧

Berdasarkan KBBI (Kamus Besar bahasa Indonesia), malang memiliki 2 arti kata, yakni : 1) terletak melintang dan 2) bernasib buruk, celaka, sial. Demikian pula dalam bahasa jawa "malang" jika di Indonesiakan artinya melintang.
LAMBANG KOTA MALANG
Namun MALANG sebagai nama kota, tidak berarti melintang atau bernasib sial, demikian yang ditemukan dalam catatan-catatan jaman dulu atau dalam prasasti-prasasti peninggalan raja-raja atau pun kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di sekitar wilayah Malang. 
Nama Malang sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Menurut hipotesis pertama, Malangkuçeçwara (diucapkan [malaŋkuʃeʃworo]) yang tertulis di dalam lambang kota itu merupakan nama sebuah bangunan suci yang terletak di Gunung Buring yang memiliki puncak yang bernama Malang. Hipotesis kedua menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang, suatu tempat di sebelah utara Kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuko, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuça (diucapkan [malankuʃoː]) yang diucapkan terbalik.
Lambang Kota Malang pada 7 Juli 1937 - 30 Oktober 1951
Lambang Kota Malang pada 30 Oktober 1951 - 1 April 1964
Lambang kota Malang pada 1 April 1964 – 14 Juli 1970

Meskipun hipotesis-hipotesis tersebut belum ditentukan kebenarannya, dalam sebuah prasasti tembaga yang ditemukan pada akhir tahun 1974 di perkebunan di Wlingi, Blitar tertulis dalam salah satu bagiannya sebagai berikut.

...taning sakrid Malang-akalihan
 wacid lawan macu pasabhanira
dyah Limpa Makanagran I...

…di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang
bersama wacid dan mancu,
persawahan Dyah Limpa yaitu…

Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.
Nama Malangkuçeçwara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang berarti kecurangan, kepalsuan, dan kejahatan, angkuça (diucapkan [aŋkuʃo]) yang berarti menghancurkan atau membinasakan, dan içwara (diucapkan [iʃworo]) yang berarti Tuhan. Oleh karena itu, Malangkuçeçwara berarti Tuhan telah menghancurkan kejahatan.

Prasasti Dinoyo dan Candi Badut, bukti bahwa Kerajaan Kanjuruhan adalah tonggak perkembangan Kota Malang.

Hipotesis-hipotesis terdahulu berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata membantah atau menghalang-halangi (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Pada suatu hari, Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang, namun rakyat setempat membantah. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang.

Munculnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang. Oleh karena itu, kerajaan tersebut dianggap sebagai cikal bakal kota ini.

Setelah kerajaan Kanjuruhan, pada masa emas kerajaan Singhasari (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Sultan Mataram dari Jawa Tengah lah yang akhirnya datang dan berhasil menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.

Nama Arema adalah legenda Malang. Adalah Kidung Harsawijaya yang pertama kali mencatat nama tersebut, yaitu kisah tentang Patih Kebo Arema di kala Singosari diperintah Raja Kertanegara. Prestasi Kebo Arema gilang gemilang. Ia mematahkan pemberontakan Kelana Bhayangkara seperti ditulis dalam Kidung Panji Wijayakrama hingga seluruh pemberontak hancur seperti daun dimakan ulat. Demikian pula pemberontakan Cayaraja seperti ditulis dalam Kitab Negarakertagama. Kebo Arema pula yang menjadi penyangga politik ekspansif Kertanegara. Bersama Mahisa Anengah, Kebo Arema menaklukkan Kerajaan Pamalayu yang berpusat di Jambi. Kemudian bisa menguasai Selat Malaka. Sejarah heroik Kebo Arema memang tenggelam. Buku-buku sejarah hanya mencatat Kertanegara sebagai raja terbesar Singosari, yang pusat pemerintahannya dekat Kota Malang.

Sampai akhirnya pada dekade 1980-an muncul kembali nama Arema. Tidak tahu persis, apakah nama itu menapak tilas dari kebesaran Kebo Arema. Yang pasti, Arema merupakan penunjuk sebuah komunitas asal Malang. Arema adalah akronim dari Arek Malang. Arema kemudian menjelma menjadi semacam "subkultur" dengan identitas, simbol dan karakter bagi masyarakat Malang. Diyakini, Arek Malang membangun reputasi dan eksistensinya di antaranya melalui musik rock dan olahraga. Selain tinju, sepak bola adalah olahraga yang menjadi jalan bagi arek malang menunjukkan reputasinya. Sehingga kelahiran tim sepak bola Arema adalah sebuah keniscayaan.

Arema menjadi semacam identitas khusus bagi arek-arek Malang atau Kera Ngalam (penyebutan kera di sini tidak seperti penyebutan kera oleh orang Jawa/Sunda, tetapi seperti orang Batak, Sulawesi, Maluku atau Papua jika menyebutkan kera, seperti itulah) namun tidak sedikit yang mempopulerkan sebutan Orang Malang atau Gnaro Ngalam. Masyarakat Malang Raya cukup bangga dengan sebutan Arema, disamping ketenaran pengorganisasian suporter Klub Sepakbola Arema (meski pernah terjadi Arena Kembar dan juga adanya Arema Cronus), Arema FC tetap populer sepopuler sebutan Arema yang sudah mendunia, bahkan komunitas Arema di Jakarta yang bergabung diantaranya pejabat negara, pengusaha, artis/selebritis, dan lain-lain yang menyebut dirinya Gnaro Ngalam.

Dituturkan dengan referensi berbagai sumber oleh :
Kak Uber Suhartono (pelaku PW Aspac I 1978; aktifis Pramuka Malang Kodya; member Forum Pandu Ngalam)

Kamis, 28 Desember 2017

📢Siaran Pramuka di RRI Malang (Part 2)📡

🎹🎵Pringgadani - Santank Balung🎵🎹

Wauuuuw !! cerita pendek Kak Djoko AW dalam Siaran Pramuka di RRI Malang (Part 1), sempat membuat pikiran saya menerawang jauh pada 40 tahun yang lalu, dan walau hanya secuwil cerita tapi isinya mungkin  bisa memotifasi adik-adik Pramuka saat ini dan Pramuka masa depan. 
Memang saat itu saya (Uber Suhartono) dan Kak Djoko AW seringkali diminta Kak Bisri (selaku koordinator siaran Pramuka di RRI Malang) apabila beliau sedang sakit atau ada keperluan lain, maka untuk nggajuli (menggatikan peranya), kami berdua tidak bisa menolak dengan berbagai alasan, yang ada hanya kata Siaaap...!!!. Ini mungkin karena semboyan Dasa Darma ke-4 dan ke-9 sudah menyatu dalam jiwa kami.

Kalau sudah demikian saya dan Kak Djoko AW, juga beberapa kawan lainnya bergegas ke RRI. Sesampai disana kami menunggu para Pramuka yang mendapat giliran siaran, tapi kadangkala saat tiba waktu siaran, yang bertugas tidak hadir tanpa pemberitahuan sebelumnya. 

Tentu kami berdua sempat klabakan (endi enthong endi erus), padahal siaran Pramuka pk.16.00 tidak bisa ditunda, mengingat jadwal ini mungkin sudah ditunggu-tunggu para pendengar se antero Malang Raya.

Disinilah Dasa Darma ke 9 Bertanggung jawab dan dapat dipercaya merupakan suplemen bagi kami untuk semangat melaksanakan amanah almarhum. Okey kawan, kami berdua siap mengisi secara spontanitas tanpa persiapan apapun.

Perlu diketahui kami berdua sedikit ada bakat mbonyol (melawak) ala Kwartet S (pelawak senior di kota Malang pimpinan Pak Djati Kusuma), walaupun tidak terlalu lucu.

Dengan durasi 30 menit, waktu sekian menit bagi kami tampil di corong RRI terasa sangat panjang/lama, untung Kak Sonny Leksono pianis Pramuka ikut hadir bisa mengisi acara dengan pianonya disela-sela kami mbanyol (melawak).

Itu semua kami lakukan dengan penuh rasa tanggungjawab, dan ternyata ada hikmah yang kami petik, inilah titik awal munculnya dagelan Pramuka Kwarcab Kodya Malang, saya mendirikan kentrung modern Pringgadani, sedangkan Kak Djoko AW jadi juragan dagelan Santank Balung di Gugusdepan Pramuka di Rumah Sakit Tentara (RST) Soepraun di Sukun (sekarang jalan Sudancho Supriyadi) Kota Malang.

Sekecil apapun andil kami pada Gerakan Pramuka di era 70 - 90 ternyata tanpa kami sadari kami telah terjebur ke kawah Candradimuka,  disana kami digembleng, ditempa sehingga menjadi Pramuka (manusia) yang handal tahan bantingan, yang mempunyai pandangan ke masa depan. 

Tidak salah kalau Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan memberikan hadiah kehidupan yang cukup, ini terbukti sekarang Kak Djoko AW di dhapuk menjadi orang nomor satu atau sebagai Rektor Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, sedangkan saya saat ini di dhapuk menjadi seorang kaliber (kakek lincah bersabar).

Keterangan Redaksi:
enthongsendok besar untuk ambil nasi
irus/erus : sendok besar untuk ambil sayur

Dituturkan oleh :
Kak Uber Suhartono (pelaku PW Aspac I 1978; aktifis Pramuka Malang Kodya; member Forum Pandu Ngalam)

📢Siaran Pramuka di RRI Malang (Part 1)📡

📻Kak OBER Menggantikan kak BISRI Ketika Sakit📻

Semoga kak Bisri di jemput syurga. Ikut duka cita sedalam dalamnya. Pribadi yang sangat unik, banyak yang tidak tahu, jika pagi hingga siang tangan beliau berlumuran gemuk (minyak pelumas/olie) karena harus berurusan dengan bengkel sepeda, namun pada sore hari berubah secepatnya di depan corong microphone RRI Malang di Jalan Cerme No.1 Kota Malang. Saat ONAIR, berkumandang suara Kak Bisri di radio-radio para pendengar RRI Stasiun Malang: "Kakak adik sahabat pramuka dimana saja berada, hari ini bersama Kak Bisri dalam acara siaran gerakan pramuka, Tepuk Pramuka ..." kurang lebih begitu awal siaran yang dibuka beliau. 
Kadang jam siar beliau diambil alih kak Ober, yang selalu saya (red: kak Djoko AW) kintili (ikuti). Kadang karena ditunggu tunggu anggota atau gugusdepan pramuka yang harusnya siaran belum/nggak datang, bisa karena hujan atau hal lain sehingga selian terlambat ada juga yang batal datang. Disaat itulah kak Ober memutar otak cerdasnya. Suasana siaran diubah layaknya guyon parikena (bergurau asal mengena), saya sebagai lawan bicara beliau, di depan  corong sambil menanti pramuka yang mengisi siaran. 
Jika pengisi acara yang ditunggu lama nggak hadir juga, maka kak Ober swicth gaya banyolan. Entah saya nggak tahu bagaimana, lama lama kok menjadi gaya kentrungan, saya kebagian nyenggaki (menyahuti/meningkahi dengan suara atau kata-kata yang sesuai). 
Itulah awal ide lahirnya kentrung. Selanjutnya ide itu dimatangkan oleh kak Ober. Suatu ketika dialog sempat pula saya dimarahi kak Ober karena ucapan saya nyrempet nyrempet porno. 
Begini ceritanya : awalnya beliau memancing pertanyaan, apa artinya Jambore, saya jawablah dengan arti sebenarnya, tetapi kak Ober malah memplesetkan menjadi sak jam gumbul kere . Lalu kak Ober bertanya lagi, apa artinya kemah? Maka saya menjawab dengan plesetan krengkeng krengkeng mlumah. Sontak saja kak Ober mendelik/mata terbelalak, dan yang terjadi selanjutnya sambil jalan kaki antara jalan Cerme (RRI Malang)  sampai jalan Brawijaya (Sanggar Pringgodani), kak Ober memarahi saya terus. Diantaranya kata-kata kak Ober: "Tahu nggak KID sing ente omong maeng? krengkeng krengkeng mlumah? Iku ngono uwong nggawe anak!!!!" (tahu nggak kid yang kamu katakan tadi? bergerak gerak terlentang, Itu orang bikin anak!!!!), KID (dik panggilan kakak pada adik). Dengan penjelasan itu ... waduh saya getun banget. Kata kak Ober "Iki siaran pramuka duduk banyolan 17 belas Agustusan nok kampung" (Ini siaran Pramuka bukan dagelan 17 belas Agustusan di kampung).

Dituturkan oleh :
Kak Djoko Adi Waluyo (aktifis Pramuka Kodya Malang; member Forum Pandu Ngalam)

Senin, 25 Desember 2017

🏕🏕 KEJEBUR KESURUPAN SIMFONI ALAM (PW ASPAC 1978) ⛺⛺⛺⛺

Inilah Desa Pramuka Satu-satunya di Indonesia - JPNN.COM
1. KEJEBUR SUNGAI
Dalam kegiatan Perkemahan Wirakarya Asia Pasific I tahun 1978, Paman Gober (aku Uber Suhartono) dan tim, ditugaskan sebagai petugas PPPK dan bergabung dengan Palang Merah Remaja dari Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Malang, dimana tugasnya pada umumnya hanya memberikan pertolongan awal atau pertolongan pertama sebelum si penderita di tangani Paramedis dan Dokter, akan tetapi kali ini tugasnya justru lain, yang malah membuat tim harus spot jantung, jantung seakan meledak-ledak.

Begini ceritanya : 
Disaat para Pramuka selesai melaksanakan Bhakti Sosial, sekian ratus Pramuka kembali ke tenda masing-masing, perjalanan pulang ke tenda harus melewati Jembatan Gantung yang terbuat dari bambu. Melewatinya harus bergantian, dengan harapan jembatan tidak ambruk/ambrol, akupun dengan tim petugas PPPK bersiap-siap di seberang jembatan, barangkali (kemungkinan) menemui hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Tidak lama aku jaga disana tiba-tiba terdengar suara byuurr !!!, semua yang di sekitar jembatan pada kaget, apa yang terjadi.....?

Tenyata anak yang katanya bernama Sholichin, terjebur kesungai  semua terheran-heran melihat dari atas si Sholikin timbul tenggelam dengan ketawa-ketawa, aku menganggap bahwa dia terganggu jiwanya atau jiwanya sedang labil, melihat keadaan seperti itu maka Pembina yang dibantu Penegak yang lain menaikkan Solichin keatas dengan paksa. Kami tim PPPK sudah siap untuk menolong, kemudian dibawa dengan tandu ke pos. Sesampainya disana dia justru meronta-ronta dan berteriak "Aku ingin bertemu dengan Tuhan !!!" dengan pandangan mata nanar. Melihat hal semacam itu hati ini ciut juga. Aku tidak putus-putusnya berdo'a. Memohon perlindungan dan tuntuna-NYA.

2. KESURUPAN 
Dari cerita penduduk setempat, dikatakan oleh mereka, bahwa lokasi untuk bhakti sosial adalah tempat angker, jadi tidak salah kalau si Sholichin kesurupan. Aku sebagai Ketua Tim PPPK seperti kebakaran jenggot, betapa tidak, dia makin berulah meminta bertemu Tuhan....., dengan nada keras dan marah, situasi seperti ini aku tidak habis²nya berdo'a dan berdo'a. Mohon perlindungan dan petunjuk untuk dapat mengatasinya, aku yakin dapat mengatasi, karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna, masak kalah dengan jin atau setan, inilah yang membuat aku se-akan² mendapat suplemen. Akhirnya aku dan dia terjadilah dialog.
Kedua tanganya aku pegang, seperti layaknya kedua orang yang sedang bersalaman.

"Siapa namamu ayo ngaku". kataku.

"Namaku Antonius, mau apa kamu" jawab dia (Solichin).
Aku baru sadar bahwa dia menyebut nama yang bukan namanya.

"Pulang kamu !!, tempatmu bukan disini, kalau kamu tidak mau pulang, akan aku siram mukamu dengan air ini", gertakku, dan kebetulan aku sudah siap dengan air putih ditangan.

Rupanya dengan aku gertak dia tidak takut, dia malah memandang dengan pandangan mata yang nyaris tinggal putih saja, aku sempat goyah, bingung, dalam situasi seperti ini hati kecil ini seperri berbicara _bawa dia ke gereja_demikian, aku jadi bertambah bingung, seumur-umur aku tidak pernah masuk gereja, tetapi apa boleh buat, kalau ini jalan terbaik dan dia bisa sadar tetap harus dilaksanakan. Kemudian dengan tandu dan kaki tangan diikat dia dibawa ke gereja ramai-ramai. Sesampainya di gereja dia dan para Pramuka lainya duduk di kursi jemaat, sedang aku berdiri di dekat mimbar layaknya pengkhotbah.

3. DIIRINGI SIMFONI ALAM
Kemudian aku mulailah berceramah sesuai dengan kemampuan, untuk memberikan jawaban pada dia, bahwa pada hakikatnya semua umat di dunia mengakui ke Esaan Tuhan dan Utusan-Nya, dan semua hamba hukumnya wajib menyembah Tuhan sesuai dengan syariat agama masing-asing yang dianut. Semula dia padangan matanya nanar dan tampak bengis, tetapi kali ini dia menundukan kepala, se-akan setuju dengan ucapanku. Suasana saat itu terasa khitmad, dari luar terdengar angin sepoi-sepoi, menyusuri daun-daun niyur dan menghampiri rumpun bambu yang menimbulkan gesekan suara yang berderit, seakan-akan bagai symponi indah mengiring perjalanan anak manusia dalam mencari jati dirinya.  Melihat gelagat seperti itu aku ceramahku terhenti, dan aku hampiri dia sambil  mengulurkan tangan dan bertanya siapa namamu diapun menjawab dengan nada rendah namaku Sholichin .

Alamdulillah akhirnya dia sadar. Kemudian dia mengarahkan pandangan ke seluruh ruang gereja dan dia melihat simbol agama yang berada di dinding, dia bertanya Mengapa aku berada disini.... ?. Pertanyaan aku jawab Ceritanya panjang, sekarang kita kembali ketenda saja untuk istirahat.
Dan semua kembali ke tenda masing-masing.

Demikian cerita apa adanya, ternyata itu adalah awal adanya peserta PW. Aspac yang kesurupan, selama aku bertugas disana dua minggu peserta  kesurupan yang aku tangani ada 12 (dua belas) orang peserta. Bahkan saat aku sedang pentas kesenian (peran dalang), di susul karena ada peserta yang sedang kesurupan, dan kontan saja walaupun pentas belum berakhir. Terpaksa harus aku sudahi, untuk menolong yang kesurupan.

Pengalaman pahit ini masih tergores dalam ingatan. Dari Desa Leakharjo arah ke timur bila  malam tiba tampak  lava Gunung Semeru meleh kebawah dan sungai Glidik yang melintas desa Lebakharjo jalan lahar dari gunung Semeru. 

Dan ternyata konon ceritanya desa Lebakharjo tiap kali ada kegiatan Daerah, Nasional pasti hujan walaupun bukan musim hujan, dan ironisnya pasti ada peserta yang kesurupan,  maaf ini bukan hoax (sumber cerita dari penduduk setempat). Bisa di tanyakan kepada mbah google.
Hal ini di kaitkan daerah itu adalah desa terisolir sejak awal desa itu ada, puluhan tahun, setelah dipilih sebagai lokasi (event) tingkat dunia, banyak pohon-pohon besar yang ditebang potong, (mungkinkah ini yang menjadi penyebab...? katanya pohon-pohon itulah yang menjadi tempat makhluk halus). Wallahualam bisawab.

Sehubungan dengan hal diatas, pada hakikatnya merupakan pembelajaran buat aku dan teman-teman lainya, dan ternyata itu semua menjadikan dorongan semangat kita untuk lebih meningkatkan iman dan taqwa.

Itupun kalau aku dihubung-hubungkan dengan pengalamanku yang menangani selama dua minggu ada 12 orang Pramuka kesurupan, sampai-sampai aku mendapat gelar DUKUN, saksinya ada, beliau anggota grup Forum Aktifis Pandu Ngalam Kak. Nenny Sukarti. Sebutan itu membuat aku malu, rasanya aku saat itu ingin lari melepas tanggung jawab, aku emoh disebut dukun apalagi menjadi dukun, tetapi mungkin. Dwi Dhama saat aku masih Siaga sudah mendarah daging ...? Siaga itu berani dan tak putus asa.

Percaya gak percaya aku ngetik mrinding. Tetapi aku yakin suatu saat nanti desa Lebakharjo menjadi desa indah dan asri "Gemah-ripah loh jinawe", jauh dari gangguan hal² diatas, penduduknya sejahtera dan guyub rukun._.
Semoga dan semoga.
Aamin Ya Robaal alamin

Dituturkan oleh :
Kak Uber Suhartono (pelaku PW Aspac I 1978; aktifis Pramuka Malang Kodya; member Forum Pandu Ngalam)

🍃 DESA YANG TERPENCIL (PW ASPAC 1978) 🍃

Desa yang subur banyak ditumbuhi kebun nanas dan kelapa dan sayur mayur yang melimpah ruah, tetapi para petani tidak dapat menikmati hasil panen secara maksimal, karena aset jalan untuk memasuki desa tersebut hanya jalan setapak menyusuri gumuk (bukit) yang terjal dan curam,  Agar desa yang terisolir, masyakat desa seringkali mengadakan kerja bakti bergotong royong membuat jalan dengan istilah Gugur gunung itulah desa Lebakharjo, Kecamatan Ampel Gading, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Tidak tahu bagaimana ceritanya Organisasi Kepanduan Internasional memilih desa Lebakhajo sebagai lokasi Perkemahan Bhakti Pramuka semenjak tahun 1970. Tercatat tiga event Pramuka tingkat dunia pernah di gelar didesa yang di kelilingi perbukitan yang terjal dan curam ini, yaitu :
  1. PW ASPAC I (The First Asia Pasific Community Service Camp atau Perkemahan Wirakarya Asie Pasifik ke-1), pada tanggal 18 Juni 1978 hingga 29 Juli 1978.
  2. Lomba Penataan Pemukiman oleh Pramuka tingkat dunia atau yang dikenal dengan World Scout Competetion on Habitat. lomba itu digelar bersamaan Perkemahan Wirakarya dan Perkemahan Bhakti Kabupaten Malang pada tanggal 17 Juni 1989 hingga 7 Juli 1989.
  3. Comdeca (The First World Community Development Camp), kegiatan Perkemahan Wirakarya Dunia yang di gelar pada tanggal 26 Juli 1993 hingga 8 Agustus 1993. Negara yang ikut ambil bagian antara lain : Indonesia, Afrika Selatan, Canada, Portugal, Kuwait, Maladeva, Bangladesh, Singapura, Malaysa, Arab Saudi, Hongkong, Philipina.


Pada Perkemahan Wirakarya Aspac I ditahun 1978 tersebut dilaksanakan pembangunan jalan tembus Lebakharjo menuju pantai Licin, membangun tempat ibadah, Pasar Desa, Balai Pengobatan, Terminal Desa, selain pembangunan fisik, kegiatan non fisik yang dilaksanakan Pramuka Racana IKIP Negeri Malang pemberantasan buta huruf. Kini desa Lebakharjo oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo dicanangkan sebagai Desa Pramuka pada tahun 2010.
Dengan event-event diatas warga masyarakat dapat menikmati hasil nyata sejak tahun 1978 antara lain jalan aspal hotmix dan listrik. Dan yang tidak kalah pentingnya persaudaraan, kekeluargaan, kerukunan, dan kegotongroyongan akhirnya mengilhami kehidupan masyarakat Lebakharjo sehari-hari.                        

Dituturkan oleh :









Kak Uber Suhartono (pelaku PW Aspac I 1978; aktifis Pramuka Malang Kodya; member Forum Pandu Ngalam)