Di sini kita bertemu, di sini kita bersatu, di sini kita berdarma bakti tanpa batas waktu. Selamat Datang di halaman Sanggar Pringgodani. -.. .. / ... .. -. .. / -.- .. - .- / -... . .-. - . -- ..- --..-- / -.. .. / ... .. -. .. / -.- .. - .- / -... . .-. ... .- - ..- --..-- / -.. .. / ... .. -. .. / -.- .. - .- / -... . .-. -.. .- .-. -- .- / -... .- -.- - .. / - .- -. .--. .- / -... .- - .- ... / .-- .- -.- - ..- .-.-.- / ... . .-.. .- -- .- - / -.. .- - .- -. --. / -.. .. / .... .- .-.. .- -- .- -. / ... .- -. --. --. .- .-. / .--. .-. .. -. --. --. --- -.. .- -. .. .-.-.-

Kamis, 15 Desember 2016

πŸ‚πŸ”Ί Unik dan Menarik 01πŸ”ΊπŸ‚

PRA REUNI PANDU MALANG
(oleh: Kak Uber)

Awal cerita Kak Diastuti, sangat tertarik dan berkeinginan memiliki, baju scout-look (jika army-look, merujuk pada pakaian militer atau ala-militer, maka scout-look merujuk pada pakaian Pandu/Pramuka _red_) pakaian punya Kak Farida Susilo (scout-look bercorak doreng ala Pramuka  dengan kombinasi kain warna hitam), setelah melihat postingan di grup WhatsApp Pandu Ngalam. Maka kami berdua ingin kerumahnya, sekaligus nyambangi suami Kak Farida yang sedang gerah (sakit).

Tanggal 30-11-2016 Aku dan Dias berencana bersama ke rumah Kak Farida (di wilayah Mondoroko), namun batal dan kemudian sampai 3 kali kami berencana, yaitu tanggal 4-12-2016, 11-12-2016, 13-11-2016, itupun kemudian tertunda, sebab masing-masing masih ada tugas lain. Akhirnya diputuskan pada tanggal 14-12-2014 jam 13.00 ketemuan di SMP Negeri 6 Jl. Kawi 15 Kota Malang.

Ternyata penundaan waktu tersebut ada hikmahnya, karena rencana kami berdua itu didengar oleh Kak Gatot, Kak Ratna, Kak Mimin, Kak Ambar dan semuanya menginginkan ikut. 

Yang saya anggap unik dan menarik kebetulan "kog yooo" Kak Jono (yang tinggalnya di Bintaro Jaksel) dan Kak Johar (yang tinggalnya di Serpong Tangerang) sedang pulang kampung untuk urusan keluarga, dan akhirnya menghubungi kami untuk ikut bergabung.

Tepat pukul 13.30 (Rabu, 14 Desember 2016) kami dapat berkumpul di SMP Negeri 6 Kota Malang, lalu kami berangkat ke rumah Kak Farida.

Setelah perjalanan 45 menit (dengan jalanan sedikit macet) kami mampir dulu ke rumah Kak Ambar di Jl. Candi Jago 35. Perjalanan dari rumah Kak Ambar ke rumah Kak Farida di kawasan Mondoroko lebih macet lagi.

Sesampainya disana kami berdelapan saling melepas rasa rindu dan menikmati bakso pentol mini dan jumbo dan buah segar.

Setelah puas, kami bersepakat meneruskan penjelajahan kali ini dengan tujuan ke kota Singosari, meskipun tanpa Kak Gatot (sebab sedang piket adik ipar sedang rawat inap di RSUD Syaiful Anwar), kami bertolak ke Singosari dengan tujuan anjangsana ke rumah Kak Neny dan Kak Yeny di komplek perum Alam Hijau Randu Agung Singasari, dan ternyata disana sudah hadir juga Kak Lilik dari mantan anggota Pramuka Dirgantara Pagas Singosari, dan hidangan nasi pecel lauk tempe dan rendang mentog (entog)... niiikmat. Kita saling melepas rindu layaknya seperti saudara kandung yang telah lama berpisah.

Saat itu telah berkumpul 11 orang mantan Pandu (Pramuka) Malang, yang sudah sekitar 30 tahun lebih tidak pernah berjumpa. Suasana asyik, gayeng, heboooh dan saling bercerita tentang Pramuka tempo doeloe, tentu saja sesekali diselingi humor segar dan menggelikan.
Berikutnya ... kapan dan dimana?

Senin, 19 September 2016

⚜⚜πŸ• MELEPAS KERINDUAN πŸ•⚜⚜

Acara Reuni Jamnas  '73 usai hujanpun turun, sambil menunggu hujan reda, dimanfaatkan ke Kedai Pramuka (di Buperta). Kak Gatot, Kak Jono dan Kak Joko AW terpisah mereka bertiga saling mencari walaupun ada sarana komunikasi tidak bisa ketemu saking luasnya areal Perkemahan. Dan akhirnya kami berempat pulang agak malam.

Sampai di Perum Maleo Bintaro kediaman Kak Jono sudah capek mandi sebentar kemudian berangkat ke peraduan.
Besoknya setelah makan pagi tanggal 15-8-2016 Kak Totok Yarmanto  tilpun :
" Halo Kang.... apa khabar kalau anda tidak ada acara lain ayo ketemuan di Citos (Cilandak Towns quare) hari ini jam. 18.00 ".
" Okey Kak aku Kak Gatot dan Kak Jono siap ". Jawab saya mengiyakan.

Jam 16.30 bertiga dari Maleo Bintaro bertolak ke Citos dengan Uber Taxi pukul 19.20 aku bertiga baru sampai sedangkan Kak Totok berangkat dari Kantornya pukul 14.00 dan Kak Dewi dari Bandung sudah tiba di lokasi pukul 16.00 aku jadi malu.

* Kak Totok sempat berbisik, Kak Uber di Jakarta kalau ada acara (janjian) 2 jam sebelumnya harus sudah berangkat, agar tidak terjebak macet.

* Kak Dewi :  " Masak Kak Uber berangkat dari Bintaro dan Saya berangkat dari Bandung, yang datang lebih dulu  saya ".
Emang jam 17.32 Kak Dewi sudah stand by Exelso di Citos.
Aku jadi malu, padahal dulu saat jadi Pembina masalah waktu aku tidak kenal jam karet

Kira2 pukul 19.45  sudah kumpul 13 orang   di RM Betawi yang dari Jabodetabek : Kak Totok, Kak Dewi, Kak I'is & keluarga, Kak Sonny, Kak Lilik, ketemuan kecil²an tetapi sangat mengesankan dan merupakan anugerah yang luar biasa walaupun singkat, kami menyadari bahwa besoknya teman² masih ada tugas yang harus di tangani.

Ditambah besoknya kami² mendapat undangan  Upacara Penurunan Bendera Merah Putih si Istana Kepresidenan ini membuat kebanggaan tersendiri buat aku dan teman².
Kalau bukan perjuangan dari teman² yang punya peran, orang daerah seperti kami² kemungkinan kecil bisa duduk manis menikmati prosesi Upacara 17 Agustus di Istana Kepresidenan.
Singkat cerita kami² di Jakarta seperti Petruk dadi Ratu
Betapa tidak aku berpisah dengan teman² di kota Malang, saat umurku masih 24 tahun dan saat ini aku sudah berumur 67 tahun edaaaaan !!.
Mohon maaf aku berkata jujur keluar dari hati nurani yang paling dalam.

Belum cukup lama kita melepas rasa kangen  pukul 21.26   meninggalkan ruang pertemuan. Diakhir dengan foto bersama. Good bye. See you tomorrow.

⚜⛺ MELEPAS KERINDUAN ⛺⚜

Mengingat lokasi pertemuan saat itu d ekat dengan ring satu dimana Jamnas X tahun 2016 akan di buka oleh Ka Mabinas orang nomor satu RI (Presiden Joko Widodo), untuk menghindari kemacetan, aku Kak Gatot dan Kak Djono, harus berangkat pagi², dari Bintaro, jam. 8 pagi sampai ditempat, tentu saja belum ada teman yang hadir, maklum acara akan di awali jam. 11 siang.
Menunggu teman² selama 3 jam tanpa suguhan itu mah sudah biasa Mantan Pandu hahahaha.
Tepat pukul 11. siang teman² sudah pada kumpul, dari 28  (kurang lebih 10 orang yang tidak sempat hadir). Itupun tidak mengurangi kegayengan suasana.

Meeting Point dengan suasana penuh keakraban tanpa di batasi ewuh pakewuh sangat aku rasakan, terbukti gelar, pangkat maupun kedudukan kita tanggalkan, karena memang didada kita masing² ada Merah Putih. Ini bukan sekedar slogan, beliau² yang masih berperan besar baik di Pemerintahan, Departemen, Dewan dan Swasta, termasuk pensiunan seperti aku berbaur menjadi satu. Mungkin Tri Satya dan Dasa Dharma tetap tak lengkang oleh panas, tak lapuk oleh hujan, tetap tumbuh subur di hati sanubari yang paling dalam kita.
Almarhum Kak Heru Baskoro
Mantan Kontingen merasakan dan mengalami Jamnas I tahun 1973 yang saat itu Buperta tidak seindah saat ini, 43 tahun yang lalu Buperta adalah hutan karet dengan semak belukar yang penuh dengan onak dan duri karena kurang terurus, untuk dapat di mendirikan tenda  kontingen harus membersihkan lebih dulu. (jawa babat²). Bisa dibayangkan kita banyak menjumpai binatang melata yang berbahaya : ular, kelabang dan kalajengking, bahkan ada yang di sengat kalajengking.

Belum lagi lokasi becek karena di guyur hujan dan fasilitas sarana dan prasarana terutama MCK, boleh dibilang kurang memadai, bahkan tidak menutup kemungkin para peserta berhajat di tepi danau Situbaru.
Tidak salahlah kalau peserta ada yang nginjek gituan (kayak lagu nonton bioskop yang dipopulerkan Bing Slamet).

Tidak cukup sampai disini penderitaan para kontingen, karena saat itu musim hujan tenda yang sudah di pasang dengan rapi roboh atau lupa regu tidak membuat parit di seputar tenda, keruan para penghuni tenda kehujanan (njedidindil) kedinginan Inikah yang di sebut latihan mental dan fisik....?

Jambore telah usai kontingen Jamnas '73 meninggalkan Bumi Perkemahan tercinta yang penuh dengan kenangan, tantangan kekota Malang Kuceswara dengan KA, dari Pasar Senen, didalam gerbong yang penuh sesak pengap yang tanpa AC menambah penderitaan yang tidak kunjung selesai, bahkan saking capeknya mereka² tidur di kolong tempat duduk persis kayak pindang asin
Kak Djono, Kak Uber, Kak Gatot
Kini mereka² (beliau²) sudah mendapat predikat Kakek dan Nenek, tapi tetap Kadi (kakek dinamis) Neli (nenek lincah).

πŸƒ MELEPAS KERINDUAN πŸƒ

Pengalaman yang sangat mengesankan bagi saya pribadi.
Saat Tanggal 12 Agustus sampai 22 Agustus 2016, di Jakarta.

Acara diatas atas undangan Kak Sonny Jwarson (A.47) selaku kordinator Reuni eks Kontingen Jamnas '73 pada tanggal 14 Agustus 2016 yang sudah aku terima bulan Mei 2016.

Kontan saja saat itu bagai gayung bersambut, walaupun masih jauh aku mempesiapkan diri untuk menabung. Sebelum hari H dana sudah terkumpul,
tepat tanggal 12 Agustus 2016 aku dengan Kak Gatot bertolak ke Jakarta dengan KA. Majapahit, sesampainya di stasiun Pasar Senen, transit di Kwarnas Pramuka Gambir, tidak terlalu lama kami berdua di jemput Kak Djono untuk menginap di rumah beliau di bilangan Perum Bintaro.

Tanggal 14 Agustus 2016  jam. 06.00 dengan Taxi Uber sudah berangkat ke Buperta Cibubur,  menunggu 3 jam di Telaga Seafood teman² Jam. 11.00 sampai jam 16.00 baru meninggalkan Buperta Cibubur.

πŸ”Ή Kesan² di Cibubur :
1. Dalam kurun waktu 43 tahun yang lalu tidak pernah bertemu dengan teman² eks Kontingen Jamnas '73 adalah peristiwa yang sangat langka.

2. Walaupun beliau² sudah mendapat predikat eyang tetapi masih enerjik penuh semangat dan masih top markotop. Pertemuan itu semacam itu bagaikan suplemen. (tambah enom).

3. Guyon² cepika cepiki,  ngguyu ter-bahak² sambil MEOK ( *M*akan *E*nak *O*mong *K*osong ).
Tidak lupa kami mengumandangkan Lagu Jambore '73 yang di pimpin Kak Samodro.

4. Pukul 18.00 semua meninggal arena, saya berdua menuju ke Kwarnas. Selamat jalan  be carefull and see you soo.

Rabu, 03 Agustus 2016

PERPPANITRA II-1972 (Bagian 2) oleh Kak Uber

RITUAL ACARA ADAT
(sebuah kisah nyata, yang ditulis sebagai catatan hidup)

Seperti biasa para Pramuka saat itu bila mengikuti kegiatan perkemahan masing-masing baik Regu Penggalang, maupun Sangga Penegak mempersiapkan perlengkapan termasuk alat dapur sendiri, karena saat itu apabila Pandu sedang berkemah untuk kebutuhan makan diwajibkan untuk memasak sendiri.

Sedangkan petugas memasak di atur bergantian anggota sangga di sebut korve . ini salah satu yang ajarkan Bapak Pandu Dunia Baden Powel . Suatu saat aku mendapat tugas korve malam, antara lain menanak nasi, membikin sayur, dan menggoreng lauk. Perlu saya sampaikan bahwa di Sangga Perintis (sanggaku) kompor yang di pakai adalah kompor tekan dengan bahan bakar minyak tanah (seperti petromax) dengan di sangga empat kaki kecil, saat aku menanak nasi (jawa: adang) kompor bila dipompa kaki penyangga masuk kedalam tanah, sehingga mengganggu pompa, agar proses memasak lancar maka kaki kompor aku beri alas triplex, aman sudah.

Tetapi ternyata gangguan tidak berhenti sampai disitu, saat tekanan angin berkurang aku pompa kompornya goyang dandangpun ikut berjoged agar nasi yang sudah di dandang tidak tumpah, tangan kanan memompa tangan kiri memegang dandang.
Tetapi apa yang terjadi ...... bruuuugg ya Allah ya Robbi tanpa aku sadari dandang terguling dan nasi yang hampir matang tumpah ketanah, untung aku tidak tersiram air panas. Dengan diam-diam nasi yang masih bersih aku kumpulkan, dengan harapan tidak diketahui anggota sangga lainya.

Tidak tahu darimana asalnya tiba-tiba muncul anggota sangga (siapa orangnya aku lupa). Dia memprovokasi saya, kalau orang yang menumpahkan nasi yang sedang ditanak dalam dandang, bisa gila, agar tidak bisa gila, syaratnya harus memutari rumah (tenda) sebanyak tujuh kali dengan telanjang bulat (bugil) kata dia.

Saat itu perasaanku bimbang, antara percaya dan tidak, kalau di laksanakan bagaimana cara mengawali, kalau tidak dilaksanakan jangan-jangan nanti aku jadi gila beneran. Akhirnya aku nekad dari pada pulang nanti guya-guyu dewe (ketawa sendiri) saya putuskan melaksana ritual upacara adat .

Kemudian aku masuk kedalam tenda melepas pakaian selembar demi selembar sampai akhirnya tidak selembarpun benang yang menempel di tubuhku. Bisa di bayangkan tokoh Tarzan dalam film saja masih memakai CD. Lha aku saat itu  gak nggawe opo-opo blas lagi pula Danau Beratan Bedugul kalau malam dinginya sampai menusuk tulang.
Urusan lepas melepas selesai, sekarang giliran keluar tenda untuk melaksanakan ritual. Kepala melongok keluar dengan harapan tidak ada orang yang melihat dan pelaksanaan ritual upacara adat berjalan dengan mulus.

Rupanya sudah sepi sebab memang saat itu ada acara api unggun jauh dari lokasi perkemahan, semua melaksanakan kecuali yang korve ikuti api unggun.

Kemudian dengan jalan setengah menunduk aku keluar dari tenda untuk memutari tenda, dengan perasaan geli setengah takut dan tersiksa karena udara dingin, terpaksa aku laksanakan dengan berlari, dan kebetulan tidak ada yang melihat. Kira-kira empat putaran aku nyaris terjatuh pasalnya kaki terantuk tali pasak tenda, kalau aku terjatuh "mendhao nek jekangkangan" (bisa-bisa terjengkang) dalam keadaan telanjang bulat .

Menjelang putaran kelima, aku agak kepayahan, yang membuat payah karena lari sambil me-lompat-lompat menghindari tali pasak tenda. Sekarang santai saja toh hanya tinggal beberapa putaran. Tetapi tidak tahu apa yang terjadi dari jauh ada suara orang berteriak-teriak  " Malang upacara adat....!! Malang upacara adat !!  melihat Kak Totok Yarmanto lari menghampiri aku membawa obor dengan diikuti beberapa orang, rupanya itu para Penegak dari utusan beberapa daerah ingin menyaksikan ritual acara adat beneran.

Rupanya secara diam-diam si Totok ngerjain aku. Semula aku ingin mengakhiri, tetapi tanggung mengingat putaran kurang sedikit dengan acuh aku tetap berputar, rupanya si Totok rada' kreatif agar suasana makin seru diapun lari mengikuti di belakang aku dengan membawa obor sambil berteriak "Horeeee....!! Malang upacara adaaaaat" karuan saja karena malam teriakanya di didengar seluruh peserta hampir se Indonesia. Bersyukur lokasi camping peserta putri jauh dari situ.

Pelaksanaan selesai aku cepat2 masuk tenda dan segera memakai pakaian, walaupun keringat bercucuran.

Simpulan :
1. Dotrin Tri Satya dan Dasa Darma rupanya sudah aku jiwai sehingga aku menjadi manusia yang pantang tolak tugas apapun.

2. Percaya gak percaya adanya ilmu klenik (gugon tuhon), sehingga mau melakukan perbuatan konyol yang tak berdasar.

3. Ujian atau cobaan kontingan Kwarcab Malang aku yang merima, akhirnya anugerah dari Tuhan untuk kontingen menjadi juara unum.

4. Peritiwa itu terjadi 44 tahun yang lalu masih terkenang sampai kini, itu saya anggap sebagai pembelajar aku pribadi dan sebagai cerita bersejarah bagaimana kakek nenek saat masih aktif jadi Pramuka sejati.

Selasa, 02 Agustus 2016

PERPPANITRA II-1972 (Bagian 1) oleh Kak Uber

Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka pada tahun 1972 menyelenggarakan Pertemuan Pramuka Penegak Pandega Putri Putra se Indonesia yang kedua atau disebut Perppanitra II di Danau Beratan Bedugul Bali.
Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kodya Malang mengirim kontingen 8 sangga sejumlah 80 orang putra dan putri (pa/pi) dari tingkatan Penegak Bantara hingga Pandega, dimana dalam persiapannya para peserta digladi/digodok di Sanggar Goa Macan (sekarang di Jalan Kawi tidak jauh dari MOG/Stadion Gajayana Kota Malang), oleh para Pembina Satuan Penegak dan Pandega dibawah kepembinaan Andalan Cabang Urusan Putra (Ancutra) kak Yon dan Andalan Cabang Urusan Putri (Ancupi) Kak Yati.
Sarana prasarana dan angkutan kontingen difasilitasi Pak Harun (Kasdam Udayana), yang kebetulan putra beliau Didik Harun menjadi salah satu anggota kontingen.
Dan dalam kepersertaan Penegak/Pandega Kodya Malang tersebut, alhamdulillah Kontingen Perppanitera II 1972 di Bedugul Bali dapat meraih JUARA UMUM.
Sepulang dari Bali dan sesampainya di Malang, kontingen diterima langsung oleh Ketua Majelis Pembimbing Cabang (Kamabicab) Gerakan Pramuka Kodya Malang yang saat itu dijabat oleh Walikotamadya Malang bapak R. Indra Soedarmadji, dengan upacara meriah disertai pengalungan bunga kepada Pimpinan Kontingen sebagai rasa bangga atas keberhasilan kontingen.
Ketua Kwartir Cabang (Kakwarcab) Gerakan Pramuka Kodya Malang saat itu dijabat oleh kak Soedarmin, menyampaikan kebanggaannya tersendiri terhadap keberhasilan kontingen disampaikan langsung kepada para anggota Kontingen, para Pembina Pendambing dan para Andalan Cabang yang terlibat dalam persiapan hingga keberhasilan kontingen Perppanitera Nasional II 1972 di Bedugul Bali tersebut.
Salahsatu foto keikusertaan dalam Perppanitera II 1972
dalam gambar adalah Kak Yus Arief Utama salahsatu peserta anggota kontingen Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kodya Malang

Catatan Redaksi :
  1. Foto dari koleksi kak Yus memang ditemukan sudah dalam keadaan seperti itu, mungkin hanya difoto menggunakan kamera hape, entah jika menggunakan scanner jika menduplikasikan.
  2. Redaksi masih menunggu kiriman foto yang mungkin masih ada di dokumentasi para mantan peserta anggota kontingen Kwarcab Kodya Malang yang mungkin saat ini berada dimana-mana

Kamis, 21 Juli 2016

SAYUR BOUGENVILLE oleh Kak Gatot


Tahun 1973, sepulang dari Jambore Nasional di Buper Cibubur, sebagai penghuni Sanggar Pringgodani, saya (Gatot Andhika), kak Uber Suhartono, kak Bambang Basuki AS (alm), kak Yongki S, kak Karmen, dan lain-lain, bisa disebut penghuni tetap Sanggar Pringgodani; karena memiliki perbedaan sifat, diantaranya yang suka memerintah teman lainnya alias Big Bos.

Suatu ketika, karena banyaknya acara saya ditegur teman yang sedang menetik dengan suara agak keras dalam bahasa Jawa (kebiasaan kami para penghuni Sanggar) : "Yo opo wis mateng tah? Wetengku luwe" (Gimana sudah matang kah? Perutku lapar); saya menjawab : "Sik kak kari sayure" (Sebentar tinggal sayurnya); Big Bos menyahut : "Yo cepetan" (Ya cepatlah). Lalu dia meneruskan mengetiknya, saya waktu itu memasak sayur dengan memanfaatkan dedaunan yang banyak tumbuh di sekitar sanggar, dan saya memilih daun muda bougenville, disayur dengan bumbu seadanya dan sambil menunggu sayur matang, saya membuat sambal trasi.

Kak Uber yang lagi sibuk menggambar dengan water-verb (cat air) datang dan bertanya : "Kari apane kak" (Kurang apanya kak), saya menjawab : "Tinggal tunggu umub kak" (Tinggal tunggu mendidih), tiba-tiba kak Uber sambil berkata "Kesuwen ..." (Kelamaan) dia tuangkan cat air encer ke dalam panci sayur yang mulai mendidih. Karena saya yuniornya cuma bisa terdiam dan mungkin karena kelaparan Big Bos rupanya membau sambal trasi yang menyengat dan langsung mengambil nasi, sayur dan sambal terus menyantapnya, mungkin merasakan enaknya Big Bos sambil meringis merasakan makanan berkata : "Masakane enak tenan" (Masakannya enak sekali).

Sebenarnya saya dan kak Uber maunya tidak ikutan makan, dan kami saling pandang keheranan, kok ternyata masakanku dikatakan enak oleh Big Bos ... dan mungkin karena juga kelaparan melilit otak kami pun ikut makan ...
Bagaimana rasanya ? Itu menjadi rahasia kami, tapi jika ingin tahu rasanya, suatu saat jika kita mengadakan Reuni di Sanggar Pringgadani boleh deh saya akan masakkan Sayur Daun Bougenville Water-verb ala Sanggar Pringgodani ... hehehe ternyata kita tetap kalah sama Big Bos Juragan Sanggar Pringgodani.

LAMBANG PRAMUKA

 TUNAS-KELAPA


LAMBANG GERAKAN PRAMUKA
  • Gerakan Pramuka berlambangkan: Gambar silhouette TUNAS KELAPA
  • Uraian arti Lambang Gerakan Pramuka
    1. Buah kelapa/nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan “CIKAL”, dan istilah “cikal bakal” di Indonesia berarti: penduduk asli yang pertama yang menurunkan generasi baru.
      Jadi buah kelapa/nyiur yang tumbuh itu mengandung kiasan bahwa tiap Pramuka merupakan inti bagi kelangsungan hidup Bangsa Indonesia.
    2. Buah kelapa/nyiur dapat bertahan lama dalam keadaan yang bagaimanapun juga.
      Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap Pramuka adalah seorang yang rokhaniah dan jasmaniah sehat, kuat, ulet, serta besar tekadnya dalam menghadapi segala tantangan dalam hidup dan dalam menempuh segala ujian dan kesukaran untuk mengabdi tanah air dan bangsa Indonesia.
    3. Kelapa/nyiur dapat tumbuh dimana saja, yang membuktikan besarnya daya upaya dalam menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekelilingnya.
      Jadi melambangkan, bahwa tiap Pramuka dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat dimana dia berada dan dalam keadaan bagaiaman juga.
    4. Kelapa/nyiur tumbuh menjulang lurus keatas dan merupakan salah satu pohan yang tertinggi di Indonesia.
      Jadi melambangkan, bahwa tiap Pramuka mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus, yakni yang mulia dan jujur, dan ia tetap tegak tidak mudah diombang-ambingkan oleh sesuatu.
    5. Akar Kelapa/nyiur tumbuh kuat dan erat di dalam tanah.
      Jadi lambang itu mengkiaskan, tekad dan keyakinan tiap Pramuka yang berpegang pada dasar-dasar dan landasan-landasan yang baik, benar, kuat dan nyata ialah tekad dan keyakinan yang dipakai olehnya untuk memperkuat diri guna mencapai cita-citanya.
    6. Kelapa/nyiur adalah pohon yang serba guna, dari ujung atas hingga akarnya.
      Jadi lambang itu mengkiaskan, bahwa tiap Pramuka adalah manusia yang berguna, dan membaktikan diri dan kegunaanya kepada kepentingan Tanah air, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta kepada umat manusia.
  • Lambang Gerakan Pramuka diciptakan oleh Sunardjo Atmodipuro (almarhum), seorang Pembina Pramuka yang aktif bekerja sebagai Pegawai Tinggi Departeman Pertanian
  • Lambang Gerakan Pramuka digunakan sejak tanggal 14 Agustus 1961 pada Panji-panji Gerakan Pramuka yang dianugerahkan kepada Gerakan Pramuka oleh Presiden Republik Indonesia.
  • Lambang ini dipergunakan pertama kali 14 Agustus 1961, ketika Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno menganugerahkan Panji Gerakan Pendidikan Kepanduan Nasional Indonesia kepada organisasi Gerakan Pramuka melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 448 Tahun 1961
  • Pemakaian lambang Gerakan Pramuka sebagai lencana dan penggunaannya dalam tanda-tanda, bendera, papan nama, dsb. diatur dalam Petunjuk-petunjuk Penyelenggaraan.
  • Lambang Gerakan Pramuka berupa Gambar silhouette TUNAS KELAPA sesuai dengan SK Kwartir Nasional No. 6/KN/72 Tahun 1972, telah mendapat Hak Patent dari Ditjen Hukum dan Perundangan-undangan Departeman Kehakiman, dengan Keputusan Nomor 176634 tanggal 22 Oktober 1983, dan Nomor 178518 tanggal 18 Oktober 1983, tentang Hak Patent Gambar TUNAS KELAPA dilingkari PADI dan KAPAS, serta No. 176517 tanggal 22 Oktober 1983 tentang Hak Patent tuliasan PRAMUKA.
Sumber: 

Rabu, 20 Juli 2016

API KITA SUDAH MENYALA

SELAMAT DATANG DI WEB BLOG KAMI
Sanggar Pramuka Pringgodani
tempat berkumpul kami, tempat berlatih kami, tempat berkreasi kami, tempat berdarma kami, tempat berbakti kami, dari dulu sampai nanti ...
Web blog sudah diaktifkan, segera bangun menulis karya, kenangan, atau harapan masa dulu, kini dan nanti ... di sini ... di Sanggar Pramuka Pringgodani online