Di sini kita bertemu, di sini kita bersatu, di sini kita berdarma bakti tanpa batas waktu. Selamat Datang di halaman Sanggar Pringgodani. -.. .. / ... .. -. .. / -.- .. - .- / -... . .-. - . -- ..- --..-- / -.. .. / ... .. -. .. / -.- .. - .- / -... . .-. ... .- - ..- --..-- / -.. .. / ... .. -. .. / -.- .. - .- / -... . .-. -.. .- .-. -- .- / -... .- -.- - .. / - .- -. .--. .- / -... .- - .- ... / .-- .- -.- - ..- .-.-.- / ... . .-.. .- -- .- - / -.. .- - .- -. --. / -.. .. / .... .- .-.. .- -- .- -. / ... .- -. --. --. .- .-. / .--. .-. .. -. --. --. --- -.. .- -. .. .-.-.-

Rabu, 03 Agustus 2016

PERPPANITRA II-1972 (Bagian 2) oleh Kak Uber

RITUAL ACARA ADAT
(sebuah kisah nyata, yang ditulis sebagai catatan hidup)

Seperti biasa para Pramuka saat itu bila mengikuti kegiatan perkemahan masing-masing baik Regu Penggalang, maupun Sangga Penegak mempersiapkan perlengkapan termasuk alat dapur sendiri, karena saat itu apabila Pandu sedang berkemah untuk kebutuhan makan diwajibkan untuk memasak sendiri.

Sedangkan petugas memasak di atur bergantian anggota sangga di sebut korve . ini salah satu yang ajarkan Bapak Pandu Dunia Baden Powel . Suatu saat aku mendapat tugas korve malam, antara lain menanak nasi, membikin sayur, dan menggoreng lauk. Perlu saya sampaikan bahwa di Sangga Perintis (sanggaku) kompor yang di pakai adalah kompor tekan dengan bahan bakar minyak tanah (seperti petromax) dengan di sangga empat kaki kecil, saat aku menanak nasi (jawa: adang) kompor bila dipompa kaki penyangga masuk kedalam tanah, sehingga mengganggu pompa, agar proses memasak lancar maka kaki kompor aku beri alas triplex, aman sudah.

Tetapi ternyata gangguan tidak berhenti sampai disitu, saat tekanan angin berkurang aku pompa kompornya goyang dandangpun ikut berjoged agar nasi yang sudah di dandang tidak tumpah, tangan kanan memompa tangan kiri memegang dandang.
Tetapi apa yang terjadi ...... bruuuugg ya Allah ya Robbi tanpa aku sadari dandang terguling dan nasi yang hampir matang tumpah ketanah, untung aku tidak tersiram air panas. Dengan diam-diam nasi yang masih bersih aku kumpulkan, dengan harapan tidak diketahui anggota sangga lainya.

Tidak tahu darimana asalnya tiba-tiba muncul anggota sangga (siapa orangnya aku lupa). Dia memprovokasi saya, kalau orang yang menumpahkan nasi yang sedang ditanak dalam dandang, bisa gila, agar tidak bisa gila, syaratnya harus memutari rumah (tenda) sebanyak tujuh kali dengan telanjang bulat (bugil) kata dia.

Saat itu perasaanku bimbang, antara percaya dan tidak, kalau di laksanakan bagaimana cara mengawali, kalau tidak dilaksanakan jangan-jangan nanti aku jadi gila beneran. Akhirnya aku nekad dari pada pulang nanti guya-guyu dewe (ketawa sendiri) saya putuskan melaksana ritual upacara adat .

Kemudian aku masuk kedalam tenda melepas pakaian selembar demi selembar sampai akhirnya tidak selembarpun benang yang menempel di tubuhku. Bisa di bayangkan tokoh Tarzan dalam film saja masih memakai CD. Lha aku saat itu  gak nggawe opo-opo blas lagi pula Danau Beratan Bedugul kalau malam dinginya sampai menusuk tulang.
Urusan lepas melepas selesai, sekarang giliran keluar tenda untuk melaksanakan ritual. Kepala melongok keluar dengan harapan tidak ada orang yang melihat dan pelaksanaan ritual upacara adat berjalan dengan mulus.

Rupanya sudah sepi sebab memang saat itu ada acara api unggun jauh dari lokasi perkemahan, semua melaksanakan kecuali yang korve ikuti api unggun.

Kemudian dengan jalan setengah menunduk aku keluar dari tenda untuk memutari tenda, dengan perasaan geli setengah takut dan tersiksa karena udara dingin, terpaksa aku laksanakan dengan berlari, dan kebetulan tidak ada yang melihat. Kira-kira empat putaran aku nyaris terjatuh pasalnya kaki terantuk tali pasak tenda, kalau aku terjatuh "mendhao nek jekangkangan" (bisa-bisa terjengkang) dalam keadaan telanjang bulat .

Menjelang putaran kelima, aku agak kepayahan, yang membuat payah karena lari sambil me-lompat-lompat menghindari tali pasak tenda. Sekarang santai saja toh hanya tinggal beberapa putaran. Tetapi tidak tahu apa yang terjadi dari jauh ada suara orang berteriak-teriak  " Malang upacara adat....!! Malang upacara adat !!  melihat Kak Totok Yarmanto lari menghampiri aku membawa obor dengan diikuti beberapa orang, rupanya itu para Penegak dari utusan beberapa daerah ingin menyaksikan ritual acara adat beneran.

Rupanya secara diam-diam si Totok ngerjain aku. Semula aku ingin mengakhiri, tetapi tanggung mengingat putaran kurang sedikit dengan acuh aku tetap berputar, rupanya si Totok rada' kreatif agar suasana makin seru diapun lari mengikuti di belakang aku dengan membawa obor sambil berteriak "Horeeee....!! Malang upacara adaaaaat" karuan saja karena malam teriakanya di didengar seluruh peserta hampir se Indonesia. Bersyukur lokasi camping peserta putri jauh dari situ.

Pelaksanaan selesai aku cepat2 masuk tenda dan segera memakai pakaian, walaupun keringat bercucuran.

Simpulan :
1. Dotrin Tri Satya dan Dasa Darma rupanya sudah aku jiwai sehingga aku menjadi manusia yang pantang tolak tugas apapun.

2. Percaya gak percaya adanya ilmu klenik (gugon tuhon), sehingga mau melakukan perbuatan konyol yang tak berdasar.

3. Ujian atau cobaan kontingan Kwarcab Malang aku yang merima, akhirnya anugerah dari Tuhan untuk kontingen menjadi juara unum.

4. Peritiwa itu terjadi 44 tahun yang lalu masih terkenang sampai kini, itu saya anggap sebagai pembelajar aku pribadi dan sebagai cerita bersejarah bagaimana kakek nenek saat masih aktif jadi Pramuka sejati.

Selasa, 02 Agustus 2016

PERPPANITRA II-1972 (Bagian 1) oleh Kak Uber

Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka pada tahun 1972 menyelenggarakan Pertemuan Pramuka Penegak Pandega Putri Putra se Indonesia yang kedua atau disebut Perppanitra II di Danau Beratan Bedugul Bali.
Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kodya Malang mengirim kontingen 8 sangga sejumlah 80 orang putra dan putri (pa/pi) dari tingkatan Penegak Bantara hingga Pandega, dimana dalam persiapannya para peserta digladi/digodok di Sanggar Goa Macan (sekarang di Jalan Kawi tidak jauh dari MOG/Stadion Gajayana Kota Malang), oleh para Pembina Satuan Penegak dan Pandega dibawah kepembinaan Andalan Cabang Urusan Putra (Ancutra) kak Yon dan Andalan Cabang Urusan Putri (Ancupi) Kak Yati.
Sarana prasarana dan angkutan kontingen difasilitasi Pak Harun (Kasdam Udayana), yang kebetulan putra beliau Didik Harun menjadi salah satu anggota kontingen.
Dan dalam kepersertaan Penegak/Pandega Kodya Malang tersebut, alhamdulillah Kontingen Perppanitera II 1972 di Bedugul Bali dapat meraih JUARA UMUM.
Sepulang dari Bali dan sesampainya di Malang, kontingen diterima langsung oleh Ketua Majelis Pembimbing Cabang (Kamabicab) Gerakan Pramuka Kodya Malang yang saat itu dijabat oleh Walikotamadya Malang bapak R. Indra Soedarmadji, dengan upacara meriah disertai pengalungan bunga kepada Pimpinan Kontingen sebagai rasa bangga atas keberhasilan kontingen.
Ketua Kwartir Cabang (Kakwarcab) Gerakan Pramuka Kodya Malang saat itu dijabat oleh kak Soedarmin, menyampaikan kebanggaannya tersendiri terhadap keberhasilan kontingen disampaikan langsung kepada para anggota Kontingen, para Pembina Pendambing dan para Andalan Cabang yang terlibat dalam persiapan hingga keberhasilan kontingen Perppanitera Nasional II 1972 di Bedugul Bali tersebut.
Salahsatu foto keikusertaan dalam Perppanitera II 1972
dalam gambar adalah Kak Yus Arief Utama salahsatu peserta anggota kontingen Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kodya Malang

Catatan Redaksi :
  1. Foto dari koleksi kak Yus memang ditemukan sudah dalam keadaan seperti itu, mungkin hanya difoto menggunakan kamera hape, entah jika menggunakan scanner jika menduplikasikan.
  2. Redaksi masih menunggu kiriman foto yang mungkin masih ada di dokumentasi para mantan peserta anggota kontingen Kwarcab Kodya Malang yang mungkin saat ini berada dimana-mana